
PIKIRAN RAKYAT –
Sejak serangan yang terjadi pada Oktober 2023, Israel tetap melanjutkan ofensifnya di Gaza hingga kini. Negara penduduk tersebut diketahui sudah mengakibatkan 55.432 jiwa warga Palestina tewas, 128.923 luka, serta ratusan ribu lainnya dilaporkan sebagai hilang.
Bukan cuma melancarkan serangan, Israel pun sudah menerapkan blokade atas bantuan kemanusiaan mulai tanggal 2 Maret 2025. Di awal bulan Juni kali ini, Israel memberikan izin untuk beberapa truk membawa bantuan masuk ke daerah itu, namun jumlahnya masih sangat kurang dibanding dengan kebutuhan mereka.
Sebenarnya, kendaraan besar yang membawa bantuan dari beberapa negara dan lembaga global sudah mengantri di berbagai perbatasan. Israel pun telah diekspos berkali-kali karena memakai blokade sebagai alat dalam operasi genosida di Gaza.
Mengenai situasi sulit di Gaza, Perdana Menteri Palestina, Mohammed Mustafa, mengekspresikan ketakutan besar terhadap laporan-laporan yang menggambarkan kerusakan parah di berbagai area jalur Gaza.
Beberapa area di Gaza seperti Rafah, Jabalia, Beit Lahia, Beit Hanoun, bagian timur kota Gaza, serta sekitar Khan Yunis terkena kerusakan parah. Infrastrukturnya sudah hancur oleh serangan Israel.
Dia menyatakan bahwa masalah di wilayah itu tak dapat terpecahkan tanpa memenuhi hak-hak warga Palestina secara legal. Konferensi Perdamaian Dunia, yang sebelumnya direncanakan diadakan di New York, adalah jalur yang tepat untuk menciptakan keberadaan negara Palestina.
“Seperti yang dipesankan oleh Presiden Mahmoud Abbas, beberapa usaha terus menerus serta partisipasi diplomatis bersama mitra-mitra internasional sedang dijalankan guna membantu agar konferensi dapat segera diprakarsai,” demikian pernyataannya seperti dikabarkan agen informasi Palestina, WAFA.
Dia mengatakan bahwa pemerintah Palestina tetap komited dalam mencegah penyelesaian konflik serta memulihkan hak warga negara Palestina. Usaha diplomasi dan politik akan dipertahankan secara konsisten.
Tekanan untuk Israel
Situasi sulit yang sedang dihadapi penduduk Palestina di Gaza mendapat perhatian global. Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Volker Turk, mengkritik taktik pertempuran yang diterapkan Israel di wilayah tersebut.
Dia menyebut kondisi yang dihadapi penduduk Palestina di Gaza sebagai sesuatu yang sangat menakjubkan dan tak bisa ditoleransi. Ia juga mencela berbagai pihak pemerintah global atas keadaan di Gaza tersebut.
“Fakta itu mengungkapkan kebenaran. Setiap individu dalam pemerintah harus memahami situasi yang ada di Gaza,” ujarnya.
Dia menekankan pentingnya seluruh entitas dengan dampak dan kekuatan signifikan memberikan tekanan pada Israel. Tujuannya adalah agar tekanan tersebut dapat meringankan penderitaan penduduk di Gaza.
“Izrael telah menggunakan makanan sebagai alat perang dan menahan bantuan hidup orang. Saya menyerukan investigasi cepat dan adil atas pengeboman fatal terhadap warga sipil yang putus asa yang berusaha mencapai tempat pembagian makanan tersebut. Rhetorikanya yang mengganggu dan tak berperikemanusiaan dari para petinggi pemerintah Izrael ini membawa ingatan kita kepada tindak-tindasan kriminal yang sangat serius,” katanya.
“Hanyalah gencatan senjata sementara yang menuju ke arah solusi dua negara, di mana Gaza menjadi bagian tak terpisahkan dari Negara Palestina, yang bisa memberikan kedamaian jangka panjang,” katanya.