
Hasil yang menyedihkan sedang dialami oleh AC Milan, tim asal San Siro, Milan, Italia, yang dengan paksa tidak dapat ikut serta dalam pertandingan antarklub Eropa untuk musim 2025-26. Pasukan tersebut hanya berhasil menduduki peringkat 9 di klassemen Serie A.
Telah diketahui bahwa lima tim teratas dari setiap liga dalam divisi utama akan bertanding di Liga Champions. Tim yang menempati urutan keenam akan mengikuti pertandingan di Europa League, sementara tim peringkat ketujuh akan berpartisipasi di Conference League.
Berikut adalah 4 poin penting mengenai kegagalan AC Milan untuk berpartisipasi dalam turnamen klub Eropa di musim 2025-26, sebagaimana diberitakan oleh situs Flash Score.
1. Kegagalan Memilukan Melawan AS Roma dengan Hasil Akhir 3-1
AC Milan yang dikalahkan Roma dengan skor 3-1 pada hari Minggu (18/5), menjadi faktor penentu kegagalan mereka tampil di kompetisi Eropa musim depan serta memaksa klub untuk mengimbangi perbedaan poin dalam pertandingan terakhir musim ini.
Sejak bulan Oktober 2019, tim Roma belum berhasil menaklukkan AC Milan dalam laga Liga Serie A. Hal itu berarti mereka telah gagal memenangkan 10 pertandingan berturutan ketika bersua dengan Rossoneri di ajang tersebut, mencatat hasil akhir sebanyak 4 kali seri serta 6 kekalahan.
2. Perkara Keuangan Memengaruhi Pasar Transfer
Setelah Elliott Advisors mengambil kendali atas seluruh aspek finansial tim ini, berbagai perbedahan muncul. Misalkan di tahun 2018, AC Milan mencoba mendapatkan kembali uang pinjaman dari Li Yonghong, orang yang sudah menyuntikkan banyak dana tetapi tidak dapat membayar hutang tersebut.
Seperti halnya dengan Alvaro Morata yang secara sengaja dipinjamkan ke tim Turki yakni Galatasaray untuk durasi enam bulan meskipun dia tengah menjalani penampilan bagus. Selanjutnya ada Kyle Walker yang pernah dipinjamkan kepada Manchester City tetapi ketika pulih lagi, performanya malah merosot. Ini adalah contoh di mana AC Milan lebih mementingkan aspek finansial tanpa memperhatikan situasi sebenarnya dari klub dan nasib pemain jangka panjang.
Bahkan, pencopotan Paolo Maldini dari posisi direktur, yang mungkin disambut baik oleh Curva Sud (kelompok suporter Ultra Milan yang kurang menghormati Maldini), mengirimkan sinyal negatif ke pihak lain. Hal ini mengesankan bahwa klub telah kehilangan jati dirinya dan terus terombang-ambing dalam berbagai krisis.
3. Karena Zlatan Ibrahimovic
Zlatan Ibrahimovic yang saat ini dikenal sebagai penasihat senior untuk para pemilik dan secara jelas telah mendapat tempat istimewa dalam hati setiap Milanista, menunjukkan pengaruhnya di ruangan pertemuan tersebut.
Sayangnya bagi pelatih asal Swedia yang terus terang itu, pilihannya untuk pengganti Fonseca, Conceicao, tidak lebih baik dari itu, Namun, Zlatan yang biasanya bersemangat di awal musim saat ini mengatakan, \”Saya bosnya dan saya yang bertanggung jawab, namun hasil akhir klub terkadang telah membuat malu,\” ujar Ibrahimovic.
4. Produktivitas Gol Joao Felix dan Gimenez Belum Memadai
Di lapangan, apa yang harusnya menjadi mesin yang terlatih dengan baik malah tampak seperti sekumpulan tim kosong.
Seorang yang konon katanya jagoan dunia, Joao Felix, tentu saja belum mampu memenuhi ekspektasi, misalnya. Satu gol dalam 16 pertandingan, sembilan di antaranya sebagai pemain inti, menunjukkan bahwa pemain asal Portugal itu tidak akan pernah menjadi jawabannya.
Rafa Leao setidaknya telah memastikan jumlah gol diantaranya 11 gol dan 10 assist dimana jauh dapat diterima, tetapi ia juga merasa tersanjung untuk menipu selama momen-momen besar.
Sebaliknya, Santiago Gimenez belum menunjukkan dampak sebesar harapan publik semenjak pindah dari Feyenoord.