
Konflik yang semakin memanas antara Israel dan Iran masih berlangsung sejak dimulainya serangan pada tanggal 13 Juni 2025. Sampai hari Kamis (19/6), tindakan militer Israel sudah mengakibatkan setidaknya 240 korban jiwa, di saat serangan balasan dari pihak Iran menyebabkan kematian kurang lebih 24 orang.
Akan tetapi, di balik operasi militer yang gencar tersebut, muncullah keraguan besar mengenai kapabilitas kedua negara untuk mendanai perang ini. Berapa lama konflik berbiaya tinggi ini dapat terus bertahan?
Israel Menghadapi Peperangan Paling Mahal Dalam Riwayatnya
Israel sedang menghadapi salah satu masa yang paling mahal dalam riwayat militer negara tersebut. Menurut laporan dari surat kabar Israel bernama Calcalist dan dikutip oleh Al Jazeera pada tanggal 19 Juni, dana keseluruhan untuk peperangan di Gaza mulai bulan Oktober tahun 2023 sampai dengan penghujung tahun 2024 sudah mencapai angka 250 milyar shekel atau kira-kira senilai US$ 67,5 miliar.
Saat ini, dengan dimulainya perang terbaru melawan Iran, pasti akan ada kenaikan pada alokasi dana pemerintah. Menurut laporan dari Ynet News, seorang bekas Penasihat Keuangan untuk Staf Militer Israel meramalkan bahwa hanya dalam dua hari awal konfrontasi dengan Iran, Israel sudah mengeluarkan biaya senilai 5,5 miliar shekel atau setara dengan US$ 1,45 miliar.
Bukan hanya itu saja, anggaran pertahanan Israel pun mengalami peningkatan yang signifikan. Mulai dari 60 miliar shekel (sekitar US$ 17 miliar) di tahun 2023, jumlah tersebut akan naik menjadi 99 miliar shekel (sekitar US$ 28 miliar) pada tahun 2024. Perkiraannya, angka ini kemungkinan besar akan terus bertambah hingga mencapai 118 miliar shekel (sekitar US$ 34 miliar) pada tahun 2025.
Dampak ekonomi langsung tentu tidak dapat dicegah. Seperti dilansir oleh Financial Express pada tanggal 17 Juni, mantan kepala pertahanan Israel mengatakan bahwa konflik tersebut menimbulkan kerugian ekonomi kurang lebih USD 725 juta setiap harinya.
Sebagai akibat dari tekanan anggaran ini, Kementerian Keuangan Israel telah mengatur batasan defisit fiskal sebanyak 4,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tahun 2025, yang setara dengan kira-kira 105 miliar shekel (AS$ 27,6 miliar).
Hal ini menyebabkan pemerintah mengubah perkiraan pertumbuhan ekonomi Israel di tahun 2025 dari sebelumnya 4,3% menjadi 3,6%.
Iran Tetap Bertahan Meski Menghadapi Anggaran Ketat dan Penurunan Eksport
Sebaliknya, Iran juga dihadapkan dengan tekanan finansial yang tak kalah signifikan. Menurut analisis oleh Hamzeh Al Gaaod dari firma riset TS Lombard, Anggaran militer Iran diperkirakan mencakup antara 3%-5% Produk Domestik Bruto (PDB), yang setara dengan sekitar US$ 12 miliar.
Walaupun Iran mempunyai cadangan devisa sebesar US$ 33 miliar, Al Gaaod menganggap hal itu tidak menjamin kekuatan jangka panjang. Menurutnya, “Cadangan devisa hanya bisa menjadi pertahanan untuk konflik militer jangka pendek dengan risiko besar yang dapat membungkam Iran di masa mendatang.”
Kondisi sosial di Iran mulai dipengaruhi oleh dampak perang. “Telah ada demonstrasi kemarin yang menunjukkan adanya ketidakpuasan,” ujar seseorang. Meski demikian, mereka juga menyatakan bahwa situasinya bisa memburuk secara cepat apabila Iran menerima serangan tambahan serta pengungsian penduduk awam semakin meningkat.
Iran juga mengalami tekanan pada bidang eksportasi energinya. Berdasarkan data dari lembaga analisis Kpler, penjualan minyak mentah serta kondensat negara tersebut merosot tajam hingga mencapai hanya 102 ribu barrel per hari (bbd). Angka ini signifikan lebih rendah dibanding dengan rata-rata tahunannya yang tercatat sekitar 242 ribu bbldalam satu hariny
Ternyata, bahkan pengiriman dari Pelabuhan Kharg, pusat eksportasi utama Iran yang bertanggung jawab atas lebih dari 90% pengiriman negara tersebut, telah benar-benar tertahan. Berdasarkan data pemantauan satelit LSEG, tak ada satu pun kapal tanki yang bersandar di sana sejak hari Senin (16/6).