
.CO.ID –
Harga minyak global meningkat pada Jumat (16/5) dini hari, menyusul penurunan yang cukup drastis pada perdagangan sebelumnya.
Saat ini harga bergerak menuju kenaikan seminggu melebihi 1%, didorong oleh sikap positif di pasar terkait penurunan tensi perdagangan antara AS dan Cina. Hal tersebut menetralkan kecemasan tentang kemungkinan pulihnya ekspor minyak Iran ke pangsa pasar dunia.
Melansir
Reuters
Kontrak berjangka untuk minyak mentah Brent meningkat 17 sen atau 0,26% mencapai US$64,70 per barel pada pukul 00.07 GMT.
Pada saat yang sama, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 18 sen atau 0,29% mencapai tingkat harga US$61,80 per barel.
Pada hari sebelumnya, harga minyak jatuh di atas 2% setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa Washington sedang \”mendekati\” kesepakatan nuklir dengan Iran dan mengungkapkan bahwa Teheran secara umum sudah menerima ketentuan yang diajukan.
Tetapi, orang yang mendengar percakapan itu mengatakan ada beberapa kesenjangan yang harus diselesaikan.
Pekan lalu, harga minyak mengalami kenaikan setelah Amerika Serikat dan Cina, kedua negara dengan konsumsi dan perekonomian terbesar di dunia, menyepakati gencatan senjata berdurasi 90 hari dalam perselisihan perdagangan mereka.
Selama masa itu, kedua pihak akan mengurangi tarif dengan cara yang cukup besar. Tension perdagangan yang terjadi sebelumnya sudah menimbulkan ketidaknyamanan tentang melambatnya perkembangan ekonomi dunia serta pengurangan dalam permintaan bahan bakar.
Walaupun begitu, perubahan harga minyak masih diatur oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan suplai, seperti kemungkinan pemulihan eksportir minyak Iran apabila terdapat persetujuan antara Washington dan Teheran.
\”Meresapinya ketidakstabilan geopolitik meredam sentimen pasar yang telah diabadingkan oleh khawatir terhadap pertambahan pasokan dari negara-negara OPEC lain,\” demikian tertulis dalam laporan ANZ Bank untuk para nasabah mereka.
Pada saat yang sama, Badan Energi Internasional (IEA) mengumumkan pada hari Kamis bahwa mereka memprediksikan kenaikan pasokan global sebesar 1,6 juta barel per hari (bph) dalam setahun ini, dengan peningkatan sebesar 380.000 bph dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Peningkatan itu disebabkan oleh pengenduran pembatasan produksi yang dilakukan oleh Arab Saudi dan mitra OPEC+ lainnya.