
Gaza sekali lagi dilanda malam berdarah dan pilu. Pada salah satu serangan terparah sejak permulaan agresi oleh Israel penjajah di bulan Oktober 2023, setidaknya 78 orang warga Palestina meninggal akibat derasnya serangan udara brutal dari penduduk asing Israel ini, yang telah menerjang daerah Jalur Gaza sejak pertengahan malam.
Berdasarkan laporan terkini dari petugas kesehatan setempat, angka korban meninggal naik drastis dari 74 menjadi 78 dalam waktu singkat.
“Jumlah korban tewas akibat serangan Israel sejak tengah malam kini meningkat dari 74 menjadi 78,” kata sumber medis seperti dilaporkan media regional. Bahkan jumlah korban tewas di Deir el-Balah, yang sebelumnya dilaporkan tiga orang, kini bertambah menjadi empat.
Serangan udara itu menargetkan sejumlah area ramai di Gaza, meliputi tenda-tenda para pencari suaka serta hunian warganya yang tak punya tempat perlindungan lainnya.
\”Lebih dari dua puluh orang meninggal dunia dan lebih dari seratus lainnya terluka saat pesawat militer Israel mengincar tenda penampungan warga di wilayah Al-Mawasi, yang berada di bagian Barat Khan Younis, Gaza Selatan,\” ungkap seorang petugas kesehatan lokal tersebut.
Serangan Terorganisir terhadap Penduduk Civil
Serangan oleh penduduk Israel selama 72 jam terakhir ini telah menewaskan ratusan orang Palestina, mencakup wanita dan anak-anak. Dalam hal yang sama di Al-Zawaida, bagian dari Gaza tengah, sembilan individu dari keluarga Ayash meninggal dunia ketika tempat tinggal mereka runtuh akibat serangan bom.
Di kota Al-Fukhari, dua penduduk sipil dikabarkan tewas akibat serangan yang menargetkan rumah keluarga Al-Farra.
Korbannya kian meningkat di area-area berbeda. Misalnya saja di Gaza Utara, ditemukan 10 orang sipil Palestina yang turut menjadi korban tewas; mereka meliputi anak-anak serta wanita-wanita, ketika rumah famili Maqat di jalur Al-Zarqa, Jabaliya, dilanda serangan roket dari pihak penduduk Israel.
Penyerangan dengan senjata artilleri serta letusan yang kuat tetap melanda Khan Younis dan Kota Gaza sepanjang pagi hingga malam ini.
Serangan tersebut tidak hanya merusak tempat tinggal penduduk setempat, tetapi juga menimbulkan kerugian parah pada Rumah Sakit Al-Awda yang berada di daerah Tel Al-Zaatar, Jabalia. Serbuan bertubi-tubinya mempersempit peluang untuk mendapatkan perawatan kesehatan.
Krisis Kemanusiaan Kian Parah
Sejak genosida yang dimulai pada Oktober 2023, angka kematian di Gaza sudah melampaui 53.272 jiwa, sementara lebih dari 120.673 orang mengalami cedera. Ribu-an individu diyakini masih terperangkap di bawah puing-puing bangunan dan sulit untuk diselamatkan akibat serangan bertubi-tubinya pasukan penduduk Israel.
Sebenarnya, Dewan Keamanan PBB serta Mahkamah Internasional sudah meminta agar gencatan senjata diberlakukan dengan cepat dan mereka juga menekankan pada Israel sebagai negara penjajah untuk melakukan tindakan nyata dalam pencegahan genosida. Akan tetapi, serangan yang kejam masih terus berlangsung.
Sikap Zionis Israel: Prioritaskan Keuntungan, Acuhkan Amerika Serikat
Saat kritikan dari luar negeri semakin meningkat, media yang mendukung Israel seperti Jerusalem Post malah mempromosikan pembenaran atas serangan tersebut. Pada suatu editorian, koran itu mengklaim bahwa Israel sebagai negara penduduk harus bersiap untuk bertindak demi \”kepentingannya sendiri\”, meskipun hal itu mungkin bertentangan dengan sikap Amerika Serikat, sekutunya yang paling dekat.
\”Jerusalem Post menyatakan dalam editorialnya bahwa Israel perlu mengenali adanya momen-momen dimana mereka mungkin harus bertindak demi melindungi kepentingannya sendiri, meskipun berhadapan dengan penolakan dari Amerika,\” dilansir.
dari Al Jazeera.
Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa serangan ini tidak hanya berupa tindakan pembelaan saja, tetapi juga merupakan komponen dari strategi dominasi yang mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan serta aturan hukum internasional.
Dunia Menyaksikan, Gaza Membara
Saat dunia mengamati dari jauh, Gaza sekali lagi dilanda serangan roket, kesedihan, dan kematian. Menghadapi kerusakan parah serta derita penduduk awam, masyarakat global harus berurusan dengan pertanyaan etis yang mendesak: Kapan pembantaian ini akan diakhiri?
Dengan jumlah korban yang semakin meningkat, serta fasilitas sipil yang rusak parah, Jalur Gaza saat ini telah menjadi salah satu bencana kemanusiaan tersakit di abad ke-21. Gencatan senjata, dukungan humaniter, dan pemutuskan konflik merupakan hal urgensi—agar jumlah korban tidak melonjak dari beberapa ribu hingga mencapai skala luar bayangan. ***