
Tahun 1914 adalah periode di mana berbagai bidang kehidupan mengalami kemajuan signifikan, termasuk teknologi, transportasi, pendidikan, serta fashion. Namun dibalik semua progres ini, tidak ada yang menduga bahwa planet bumi akan cepat diselimuti oleh salah satu pertempuran terbesar dan paling dahsyat dalam catatan peradaban manusia: Perang Dunia I.
Latar Belakang Ketegangan Global
Di waktu tersebut, dominasi global bukan dimiliki oleh negara-negara seperti Amerika Serikat, Rusia kontemporer, ataupun Tiongkok, tetapi justru dipengaruhi oleh empat kerajaan besar: Kerajaan Austria-Hungaria, Kesultanan Utsmaniyah, Kekaisaran Jerman, serta Kekaisaran Rusia. Interaksi antara kedua belas pihak cukup rumit, khususnya akibat beberapa negeri kecil di wilayah Balkan semisal Serbia, Romania, dan juga Bulgaria yang telah merdeka, mendapat bantuan langsung dari Rusia — menjadikan mereka sebagai ancaman utama bagi Austria-Hungaria dan kesultanan Utsmaniyah.
Tension dalam wilayah Balkan mendasari konflik utama kali ini. Insiden awalnya terjadi pada tanggal 28 Juni 1914 di Sarajevo, ketika Archduke Franz Ferdinand — pewaris tahta Kekaisaran Austria-Hungaria — serta istrinya diserang oleh sekelompok separatist asal Bosnia yang enggan tunduk kepada pemerintah kerajaan. Kejadian itu mengarah pada kemarahan Austria-Hungaria, negara tersebut dengan cepat mencurigai Serbia atas insidenten tersebut dan langsung memberikan ultimatum berupa deklarasi perang.
Percepatan Konflik dan Terbentuknya Sekutu
Pernyataan perang yang dilakukan oleh Austria-Hungaria terhadap Serbia menjadi katalisator untuk serangkaian respons bergulir. Rusia, bertindak sebagai mitra Serbia, turut serta dalam konflik ini. Kemudian, Prancis pun mengambil posisi dengan mendukung Rusia, sementara itu Jerman, yang sejauh ini adalah aliansi dari Austria-Hungaria, menetapkan status perangnya melawan Rusia dan juga Prancis.
Kekaisaran Jerman menggunakan taktik militer agresif dengan serangan mendadak di Prancis lewat wilayah Belgia yang masih netral ini malah mengundang campur tangan Britania Raya ke dalam konflik tersebut sebagai bentuk perlindungan terhadap Belgia. Sementara itu, dari arah Timur, Rusia juga ikut merambah dan melakukan penyerangan pada Austria-Hungaria sehingga Jerman harus segera mengalihkan pasukan mereka untuk meningkatkan kesiapan bertahan di bagian Timurnya.
Strategi dan Perang Parit
Perkelahian berubah menjadi lebih sengit sejalan dengan penggunaan taktik parit, yang merupakan ciri utama Perang Dunia I. Setiap pasukan membuka parit-parit panjang untuk menjadi barisan bertahan, sedangkan daerah di tengah kedua parit tersebut dikenal sebagai zona netral.
no man’s land
Kondisi di lapangan perang sungguh mengkhawatirkan, dipenuhi oleh lumpur, penyakit, serta kekurangan sarana kesehatan. Pendekatan seperti itu menyebabkan banyak nyawa melayang akibat pertarungan langsung yang berkepanjangan tanpa henti.
Perang Menjadi Konflik Global
Selama bertahun-tahun, konflik ini berkembang hingga mencakup area di luar benua Eropa. Jepang berhasil merebut daerah yang sebelumnya dikuasai oleh Jerman di bagian timur Asia, sementara itu Australia memperoleh kendali atas Nugini. Selain itu, Italia melakukan invasi terhadap Austria-Hungary. Dalam konteks Afrika pula, negara-negara sekutu sukses melenyapkan banyak kawasan jajahan milik Jerman karena serangan-serangan mereka tersebut. Sedangkan untuk Kekaisaran Ottoman, setelah awalnya enggan ikut serta dalam pertempuran, pada akhirnya pun turut ambil bagian namun sayangnya harus merelakan kekalahannya kepada pasukan Rusia di Kaukasus dan juga Britania Raya di beberapa tempat seperti padang pasir dan dekat Terusan Suez.
Jerman dimulai dengan pelanggaran aturan perang dunia setelah serangan mereka terhadap area warga sipil, penggunaan bahan kimia berbahaya, serta penembakan kapal-kapal komersial. Upaya tersebut mendapat protes dari seluruh dunia dan mendorong partisipasi lebih banyak negara lainnya, seperti halnya Amerika Serikat.
Â
Peranan Amerika Serikat serta Penutupan Perang
Awalnya, Amerika Serikat memilih posisi netral, tetapi kemudian ikut serta dalam Perang Dunia I ketika mendapatkan informasi bahwa Jerman berusaha membuat Meksiko melakukan serangan ke wilayah Amerika Serikat. Partisipasi Amerika sangat penting karena negeri itu tidak lagi lelah secara materil akibat konflik dan dapat menyediakan dukungan signifikan bagi sekutunya.
Rusia adalah negara utama pertama yang keluar dari peperangan karena pemberontakan yang menerjang Petrograd, hal ini juga menjadi titik permulaan pembentukan Uni Soviet. Kemudian, Blok Tengah merasakan serangkaian kegagalan berturut-turut: Bulgaria menandatangani gencatan senjata, disusul oleh Kekaisaran Utsmaniyah, Austria-Hongaria, dan terakhir Jerman pada tanggal 11 November 1918.
Dampak dan Perjanjian Versailles
Perang Dunia I menelan korban nyawa yang luar biasa banyak, mencapai lebih dari 10 juta prajurit dari pihak Sekutu serta sekitar 8 juta lainnya dari kubu Tengah. Perang tersebut berakhir secara formal lewat perjanjian.
Perjanjian Versailles
yang ditandatanganai pada tanggal 28 Juni 1919.
Konten dari kesepakatan itu mencakup beberapa dampak serius terhadap Jerman:
-
Alsace-Lorraine dikembalikan ke Prancis, dan wilayah itu dipimpin oleh pemerintah Prancis selama satu dekade setengah.
-
Kawasan perbatasan antara Jerman dan Prusia Timur diserahkan ke Polandia.
-
Semua koloni Jerman telah dibagikan di antara Prancis dan Inggris.
-
Angkatan bersenjata Jerman dikekang: jumlah pasukannya terbatas pada 100.000 orang saja, disertai dengan izin untuk memiliki enam kapal perang, tetapi tidak termasuk kapal selam serta kehadiran angkatan udara dilarang.
-
Kompensasi untuk perang senilai 32 miliar mark emas harus diselesaikan oleh Jerman.
-
Politikally, Jerman tidak diizinkan untuk bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa dan terpaksa harus mengaku sepenuhnya bertanggung jawab atas dimulainya Perang Dunia I.
Perang Dunia I tidak hanya merupakan pertarungan berukuran raksasa, namun juga titik balik signifikan yang merevolusi struktur politik global. Suatu kejadian sederhana seperti pembunuhan seorang bangsawan, akhirnya menjelma menjadi malapetaka universal yang menelan korban jiwa dalam jumlah fantastis dan mempengaruhi kemajuan peradaban umat manusia. ***