
Seorang siswa SMP yang berasal dari Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat dengan inisial DMH (16) menjadi korban kekerasan oleh putra kepala sekolah yang bernama S setelah dia mengecam tentang adanya indikasi pengurangan dana dalam Program Indonesia Pintar (PIP).
DMH diserang di depan sekolanya oleh S pada Senin (19/5/2025) lalu.
Para korban menyampaikan kritik mereka dengan memanipulasi foto wajah sang ayah tersangka yang seharusnya adalah kepala sekolah di institusi pendidikan mereka menjadi kepalanya seekor tikus.
Selanjutnya, postingan itu dipublikasikan lewat Instagram Stories pada profil pribadi si korban.
DMH menyoroti lembaga pendidikan dengan memposting gambar tentang kecerdasan buatan di Instagram Stories-nya, sambil menyebutkan seorang guru bermuka Tikus yang mencurigakan.
Akan tetapi, kritikan yang diberikan oleh DMH membuat S merasa tersinggung karena dia berpandangan bahwa perubahan tersebut telah menyinggung martabat bapaknya.
Pelaku berpikir bahwa kepalanya tikus tersebut adalah ayah dari kepala sekolah, terangnya.
Sebaliknya, DMH telah sering kali menyebarluaskan masalah ini secara langsung kepada pihak sekolah tentang adanya pengurangan dana PIP.
Dia kemudian mengungkapkan tuduhan pengurangan dana PIP saat terjadi proses pencairannya.
Besaran yang dicairkan untuk dana PIP per sekali penarikan adalah Rp750 ribu. Akan tetapi, saat melakukan pencairan kedua, DMH mengatakan terdapat pengurangan sebesar Rp150 ribu.
Yang pertama adalah langsung membayar SPP tanpa mendapatkan apa-apa secara langsung, dan yang kedua dibayarkan namun dikurangi sebesar Rp150.000,ungkapnya.
Saat ini, kritikan yang pernah diajukan ke DMH telah mendapat respon dari pihak sekolah dan berakhir dengan panggilan kepada orangtuanya dalam rangka mediasi.
Meskipun demikian, menurut korbannya, mediasi itu gagal memberikan penyelesaian yang nyata. Pada akhirnya, DMH menyatakan menerima kekalahan karena khawatir protes berkelanjutan dapat mengganggu proses kelulusannya.
Pada akhirnya, DMH merombak cara dia memberikan kritik dengan menyampaikkannya lewat Instagram. Dia melakukan ini dengan meng edit sebuah foto yang menampilkan seorang guru dan menggantikan kepalanya dengan kepala tikus.
Akan tetapi, kritikan itu berakhir dengan DMH diserang oleh S kemarin senin. DMH menyatakan bahwa dia ditampol di kepalanya dan rahangnya oleh S.
Saat tiba di dalam kelas, dahi saya dipukul hingga kepalaku bertabrakan dengan dinding, kemudian pukulan kedua mengenai rahang saya,jelas korban.
Selanjutnya, DMH juga menceritakan masalah ini kepada orangtuanya dan akhirnya mereka mendokumentasikannya dengan cara melapor ke Polres Metro Bekasi menggunakan nomor pelaporan LP/B/1095/2025/SPKT/POLRES METRO BEKASI KOTA.
Sekolah Mengklaim Potongan Dana PIP Merupakan Biaya Lainnya
Kepala sekolah yang juga bapak dari S, yaitu Ujang Tholib, mengaku ada pengurangan dana PIP senilai Rp150 ribu.
Tetapi, ia bersikeras bahwa pengurangan tersebut bukanlah hal yang perlu diperdebatkan.
Secara mendasar, sebuah administrasi yang telah dipastikan dan jelas semua halnya, tanpa ada masalah di antara kita, ini adalah biaya untuk proses pencairan,ujar Ujang.
Ujang menegaskan bahwa pengurangan anggaran PIP merupakan sarana keuangan untuk pihak sekolah yang telah memprosesnya.
Sesudah dana tersebut terkirim ke rekening siswa, kami jelaskan bahwa sebenarnya pihak sekolah lah yang bertindak sebagai perantara, seperti halnya uang dikirim ke kantor instansi, dan bukan langsung diserahkan kepada pegawai di sana,tandasnya.
Ayah Pelaku Harap Damai
Ujang berharap semoga insiden pelecehan yang dijalankan oleh putranya terhadap DMH dapat diselesaikan dengan perdamaian.
Dia menyatakan telah menelepon ibu DMH guna berjumpa dan memohon maaf.
Sampai sekarang dia tetap berupaya agar dapat bertemu dengan keluarga para korban. Dia sendiri yang memberitahu kepada ibunya dan berkata minta maaf atas insiden tersebut. Saya informasikan pada mamanya, saya meminta maaf. Saya sampaikan hal itu. Saya jelaskan bahwa DMH diserang oleh putra saya, ungkap Ujang, Jumat (23/5/2025).
Ujang menyatakan bahawa putranya benar-benar telah melancarkan tindakan kekerasan kepada DMH.
Sebagai seorang ayah, Ujang menginginkan agar insiden itu bisa ditangani dengan cara musyawarah di antara keluarga walaupun masalahnya telah dilimpahkan kepada sistem peradilan lewat pengaduan ke polisi.
Sebagai orang tua, saya siap mengikuti proses berdasarkan peraturan yang berlaku. Namun demikian, pastinya saya akan selalu menekankan pentingnya rasa kekeluargaan serta mencari jalan musyawarah agar terjalin hubungan yang harmonis diantara saya, korban, dan keluarganya,” ungkapnya.
Ujang menyatakan bahwa mereka masih akan menghargai semua proses hukum dan tidak mendukung jenis kekerasan manapun. Hal ini termasuk jika tindakan kekerasan tersebut dijalankan oleh anak laki-lakinya sendiri.
Namun, saya masih akan menaati proses peradilan. Ini sebagai bentuk disiplin diri dan juga menjadi pengalaman bagi anak saya bahwa tindakannya itu salah, tandasnya.