
– Pada kunjungan pentingnya ke Hiroshima pada hari Kamis, tanggal 19 Juni 2025, Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako mengungkapkan rasa hormat mereka terhadap para korban bom atom yang terjadi di tahun 1945.
Momennya timbul ketika dunia diguncang oleh peningkatan serangan Israel terhadap Iran, mencakup pengerahan senjata ke instalasi nuklir di Teheran. Kedatangan mereka adalah kali pertama semenjak Naruhito memerintah mulai tahun 2019.
Menurut laporan dari Kyodo News, sepasang kerajaan tersebut menyimpan bunga dan membungkuk hormat di monumen peringatan yang terletak di Taman Memorial untuk Perdamaian Hiroshima.
Mereka pula memeriksa ruang serbaguna yang tersisa dari bom dan menyuarakan kekhawatiran yang mendalam tentang kenyataan bahawa titik peledakan dahulunya adalah area perumahan yang ramai.
Kaisar menggambarkan pengalamannya itu sebagai hal yang ‘amat menusuk jiwa’.
Mereka berdua juga mampir di Museum Memorial Perdamaian Hiroshima untuk melihat gambar-gambar kerusakan beserta dokumen-dokumen terkait Nihon Hidankyo, yaitu asosiasi para survivor bom atom dari Jepang.
Kedatangan Kaisar bersamaan dengan posisi Jepang yang tidak setuju terhadap penguatan serangan Israel menuju Iran.
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi menyatakan saat momentum tersebut keperihatinan yang mendalam dan seruan untuk menghindari eskalasi yang lebih besar lagi.
“Kami sangat khawatir dengan tindakan saling menyerang yang masih berlanjut, dan kami secara konsisten meminta seluruh pihak untuk sebisa mungkin menyimpan diri,” ungkap Hayasi.
Kelompok Nihon Hidankyo pun mengungkapkan kritiknya terhadap tindakan militer Israel. Pernyataan tersebut ditulis dan dikeluarkan pada hari Selasa, 17 Juni 2025.
“Kami tak bisa menahan rasa marah dan cemas yang luar biasa. Serangan terhadap fasilitas nuklir tidak bisa dibenarkan dalam kondisi apa pun,” tegasnya
Sebagai pengingat sejarah, Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom pertama di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, yang menewaskan sekitar 140.000 orang.
Kedua bom jatuh di Nagasaki pada tanggal 9 Agustus dan membunuh sekitar 70.000 orang. Beberapa hari setelahnya, Jepang menyerah, yang berarti penutupan Perang Dunia II.
Pada saat yang sama, perselisihan antara Israel dan Iran semakin memburuk mulai hari Jumat kemarin setelah Tel Aviv dengan cepat menggelar serangan udara terhadap berbagai lokasi di Iran, mencakup area militer serta instalasi nuklir.
Teheran menafsirkan serangan dari Israel sebagai permulaan perang bukannya usaha pertahanan diri seperti yang mereka klaim, dan Iran membalas dengan melancarkan serangan misil.
Israel mengumumkan setidaknya 24 orang meninggal dunia dan ribuan cedera karena serangan yang dilancarkan oleh Iran.
Pada saat yang sama, laporan pers di Iran mengungkapkan bahwa 585 jiwa sudah melayang dan lebih dari 1.300 orang lagi terluka karena serangan Israel.
Human Rights Activists News Agency (HRANA) melaporkan bahwa sejak 19 Juni, total korbannya yang meninggal di Iran karena serangan Israel telah mencapai paling tidak 639 jiwa.
Dengan situasi operasi militer yang hingga kini masih terus berjalan di sejumlah daerah. ***